Back

Alumni Teknik Industri Gelar Seminar Nasional, Bedah Pentingnya Miliki Sertifikat Profesi

Seminar Nasional Alumni Teknik Informatika ITN Malang. Kika: Miftakul Azis, M.Hum, Wakil Ketua BNSP; M. Roy Urich Kusumardana, President Director PT Sucofindo Advisory Utama, dan Danar, Pengawas K3 Disnakertrans Jatim. (Foto: Mita/Humas ITN Malang)


Malang, ITN.AC.ID – Lulusan perguruan tinggi tidak cukup hanya berbekal ijazah untuk berkompetisi. Perlu ada sertifikat pendamping yang bernilai. Untuk itu dalam rangkaian Reuni Akbar dan Perayaan Hari Jadi Himpunan Alumni Teknik Industri (HATI) Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang) mengadakan acara seminar nasional bertajuk “Pentingnya Alumni Memiliki Sertifikat Profesi untuk Bersaing di Dunia Kerja”.

Kegiatan yang digelar di Ruang Amphi Mesin Lt 2 Kampus 2 ITN Malang ini dipenuhi oleh peserta seminar dari mahasiswa Teknik Industri S-1 ITN Malang dan umum, Sabtu (21/10/2323). Dengan menghadirkan tiga narasumber yakni, Miftakul Azis, M.Hum, Wakil Ketua BNSP; M. Roy Urich Kusumardana, President Director PT Sucofindo Advisory Utama – alumnus Teknik Industri ’91 ITN Malang, dan Danar, Pengawas K3 Disnakertrans Jatim – alumnus Teknik Industri ITN Malang ’92.

Miftakul Azis, M.Hum, Wakil Ketua Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), dalam materinya mengangkat peran Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Perguruan Tinggi Ditengah Transformasi Ketenagakerjaan. Daya saing pada dunia kerja semakin tinggi, maka tenaga kerja mau tidak mau harus memiliki kompetensi untuk bisa bersaing.

Baca juga : Kuliah Tamu: Prodi Arsitektur Berikan Wawasan Sustainable Building dan Comfortable Living

“Kita tidak bisa abai, khususnya sebagai perguruan tinggi. Karena perguruan tinggi merupakan sumber calon tenaga kerja,” katanya mengawali presentasi.

Miftakul Azis menyampaikan beberapa isu strategis meningkatnya jumlah tenaga kerja, yaitu adanya tantangan bonus demografi. Dimana usia produktif tumbuh lebih cepat dan besar. Indonesia harus mampu memastikan memiliki produktivitas dan daya saing agar bonus demografi berdampak positif pada pasar tenaga kerja. Untuk itu perguruan tinggi harus mempunyai kompetensi.

Reuni Akbar dan Perayaan Hari Jadi Himpunan Alumni Teknik Industri (HATI) ITN Malang mengadakan Seminar Nasional “Merebut Peluang Kerja dengan Menjadi Ahli K3”. (Foto Himpunan Mahasiswa Teknik Industri (HMTI) ITN Malang)

“Indonesia masuk pada pasar bebas tenaga kerja dengan adanya perjanjian masyarakat ekonomi Asen. Kita tidak bisa halangi atau melarang orang asing masuk ke negara kita dan begitu sebaliknya. Serta adanya industri 5.0 yang harus kita hadapi,” tuturnya.

Menurut Miftakul Azis, tantangan ketenagakerjaan pada produktivitas dan daya saing bangsa Indonesia masih kalah dengan luar negeri. Menurutnya orang dikatakan kompeten saat memiliki softskill, pengetahuan, dan sikap kerja atau attitude. Dalam industri terampilan saja menurutnya tidak cukup. Namun harus diimbangi dengan attitude yang baik.

Standar kompetensi kerja pasti disusun dari standar-standar yang ada di industri. Ia berharap standar kompetensi kerja di perguruan tinggi dijadikan materi perkuliahan dan praktikum. Peluang-peluang itu harus dilihat agar lulusan perguruan tinggi bisa terserap di pasar kerja.

“Temuan kami banyak sekali perguruan tinggi yang belum masuk pada level 6. Dimana ada kekosongan managerial level menengah ke atas. Sehingga banyak ditemui profil lulusan tidak sama dengan pekerjaannya,” ungkapnya.

Baca juga : Direktur Utama PT Industri Kapal Indonesia Beri Motivasi Maba ITN Malang

Sementara pemateri lainnya, M. Roy Urich Kusumardana dan Danar mengangkat isu pentingnya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Menurut Roy, kebutuhan tenaga kerja K3 di industri tidak terbatas. K3 merupakan upaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan aman, sehingga dapat mengurangi angka kecelakaan kerja atau penyakit akibat kelalaian yang mengakibatkan demotivasi dan defisiensi produktivitas kerja.

“Harapan dari K3 adalah zero accident, dan nol penyakit akibat kerja. K3 menciptakan perilaku aman, dan kondisi aman,” kata Roy. Zero accident merupakan keadaan dimana sebuah perusahaan mampu mengurangi terjadinya kecelakaan kerja. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)

Copyright - PERKUMPULAN PENGELOLA PENDIDIKAN UMUM DAN TEKNOLOGI NASIONAL - ITN MALANG - Powered by - PUSTIK 2023