Teh Herbal Seledri, dan Strategi Digital Marketing Peluang Ekonomi Masyarakat Sumberejo
Tim PPK Ormawa ITN Malang bersama Ketua Bumdes Barokah Desa Sumberejo, Nurul Akbar (jaket hijau). (Foto: Istimewa)
Malang, ITN.AC.ID – Seledri (apium graveolens) merupakan salah satu tanaman unggulan pertanian Desa Sumberejo, Kota Batu. Namun sayangnya, sayuran beraroma segar ini harga jualnya tidak maksimal. Umur simpan seledri relatif singkat circa 2 – 3 hari pada suhu ruang. Sehingga tidak memungkinkan seledri disimpan dalam jangka waktu lama.
Permasalahan petani seledri tersebut di mata mahasiswa Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang menjadi peluang yang pantas dikembangkan. Lewat Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa) 2022, 15 mahasiswa kampus teknik ini melakukan bina desa di Desa Sumberejo selama tiga bulan Juli-Agustus 2022. Kolaborasi antara 10 mahasiswa Himpunan Teknik Kimia (HMTK), dengan lima mahasiswa Himpunan Teknik Informatika (HATI) akan memecahkan permasalahan petani seledri.
“Desa Sumberejo penghasil seledri. Produksinya banyak. Biasanya hanya dijual fresh begitu saja ke pasar. Kadang ada yang terbuang juga, karena umur simpannya pendek,” kata Soofiyah Dhiya Ulhaq, saat ditemui di Kampus 1 ITN Malang beberapa waktu lalu.
Dalam program PPK Ormawa solusi yang ditawarkan oleh mahasiswa adalah mengolah daun seledri dijadikan produk yang lebih bernilai secara ekonomi. Dengan pembuatan teh herbal dari daun seledri. Dan membantu mengembangkan teknologi pasca panen dengan strategi digital marketing.
Baca juga :Â PPK Ormawa ITN Malang Bina Desa, dan Beri Solusi Permasalahan di Sumberejo
Sofi akrab disapa menuturkan, selain mengembangkan potensi inovasi olahan hasil pertanian pasca panen di Desa Sumberejo. Mereka juga meningkatkan pengetahuan masyarakat desa mengenai teknologi pasca panen. Dengan mengembangkan strategi digital marketing melalui website, marketplace komoditas sayur, dan mengembangkan aplikasi desktop sebagai sarana manajemen stok produk melalui aplikasi Stocker.
“Pembuatan teh herbal dari daun seledri tentunya dengan meningkatkan kandungan di dalamnya. Nanti akan ada penambahan bahan-bahan. Selain membuat lebih nikmat saat diminum juga lebih meningkatkan khasiat teh herbal,” imbuhnya.
Waktu tiga bulan juga dimanfaatkan oleh mahasiswa kampus biru untuk melakukan pemberdayaan masyarakat. Seperti, teknik informatika akan menambah aplikasi untuk membantu mengecek stok sayuran. Sehingga petani saat mengecek stok sayuran yang tersisa tinggal melihat dari aplikasi.
“Bila waktu memungkinkan tentu kami akan melakukan program-program tambahan. Di Sumberejo juga ada cafe yang dikelola desa. Teknik kimia nanti bisa membantu meningkatkan penjualan dan pemasaran di cafe,” tandasnya.
Dwi Ana Anggorowati, ST, MT, dosen pendamping PPK Ormawa ITN Malang menjelaskan, bina desa ini akan melatih hard skill, dan soft skill mahasiswa. Mahasiswa dituntut mandiri, bekerjasama dengan tim, bersosialisasi, dan lain-lain. Hal inilah yang harus dipunyai oleh mahasiswa pada saat terjun ke masyarakat.
“Mahasiswa sekarang dituntut melihat keadaan sekelilingnya. Mereka harus peduli. Mereka akan mencoba membantu mencarikan solusi apabila ada permasalahan yang dialami oleh masyarakat,” ujar Ana biasa disapa.
Baca juga : ITN Malang Membangun Desa Lewat Digitalisasi Perencanaan Strategis Desa Baturetno
Menurut Ana, mahasiswa akan membantu meningkatkan perekonomian masyarakat. Mahasiswa teknik kimia akan mengajari ibu-ibu PKK membuat teh herbal dari tanaman seledri hingga cara memasarkan. Sementara untuk pemasaran nanti akan dibuatkan marketplace oleh mahasiswa teknik informatika. Marketplace selain untuk pemasaran teh herbal juga akan digunakan untuk memasarkan sayuran. Sehingga bisa memotong rantai pemasaran, yang akan berdampak pada membaiknya harga jual.
“Semoga mahasiswa dan tim bisa membuat perubahan, transformasi di masyarakat Sumberejo. Bisa meningkatkan kompetensi dalam berorganisasi, dan soft skill. Mahasiswa juga mesti bisa memberikan solusi permasalahan di masyarakat,” tandasnya. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)