
Kompetisi Line Tracer ITN Malang Sukses Digelar, MAN 1 Pasuruan Dominasi Podium!
Para peserta Line Tracer Competition 2025, Teknik Elektro ITN Malang adu kebolehan di dalam arena lomba. (Foto: Yanuar/Humas ITN Malang)
Malang, ITN.AC.ID – Aula Kampus 1 Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang) menjadi saksi bisu adu kecepatan dan ketepatan robot dalam ajang Line Tracer Competition 2025 yang bertajuk “Prove That You Can”, Sabtu (28/06/2025). Kompetisi yang merupakan bagian dari Ganesha Robotic Competition Vol 2 ini diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Elektro (HME), Teknik Elektro S-1 ITN Malang, dan Komunitas Robotika Teknik Elektro. Kompetisi sukses menarik perhatian para pelajar SMP-SMK/SMA pecinta teknologi dan robotika dari berbagai daerah di Jawa Timur.
Kontes robot line follower tingkat regional ini menjadi puncak adu kreativitas siswa SMP-SMA/SMK se-Jawa dalam merancang dan mengendalikan robot line tracer digital. Sebanyak 11 tim dari berbagai sekolah di Jawa Timur turut berkompetisi, di antaranya MAN Lumajang, MAN 1 Pasuruan, SMA Negeri 1 Durenan, MAN 2 Kota Probolinggo, SMA Negeri 1 Pamekasan, dan lain-lain. Pembukaan Ganesha Robotic Competition dihadiri oleh Wakil Rektor 3 ITN Malang, Dr. Hardianto, ST., MT; Kaprodi Teknik Elektro S-1 Dr. Irmalia Suryani Faradisa, ST., MT., dan Sekprodi Teknik Elektro S-1 Sotyohadi, ST., MT.
Muhammad Naufal Daffawaliy, Ketua Pelaksana Kontes Robot Line Follower menjelaskan, tujuan utama lomba untuk membuktikan bahwa umur bukanlah masalah dalam bertanding. Sehingga peserta dibuka untuk tingkat SMP dan SLTA.
“Luar biasa antusias pesertanya. Mereka saling beradu menampilkan keunggulannya,” ujar Daffa akrab disapa.
Ia berharap tahun depan kompetisi ini dapat dilaksanakan secara nasional, dan berpesan kepada ketua panitia selanjutnya untuk bekerja lebih ekstra. Untuk para peserta, Daffa berharap mereka dapat memberikan yang terbaik bagi tim dan sekolah.
Baca juga : Antusiasme Tinggi di Trial Class IoT Teknik Elektro: Siswa Diajak ‘Ngulik’ Teknologi dari Nol
Sistem perlombaan ini adalah battle dengan adu kecepatan. Setiap tim maksimal terdiri dari 3 orang. Dari 11 tim yang berpartisipasi dibagi menjadi 4 grup. Tim dengan poin terbanyak akan melaju ke babak 8 besar. Untuk babak 8 besar grup 1 & 2 akan saling bertanding dimana juara grup 1 melawan runner up grup 2, kemudian juara 1 grup 2 melawan runner up grup 1, begitu juga untuk grup 3 & 4. Kemudian pemenang dari battle tersebut akan bertemu di semifinal (4 besar) dengan sistem “best of 3”.
Pada 4 besar grand final 2 pemenang akan memperebutkan juara 1 dan 2, sementara dua tim yang kalah akan memperebutkan juara 3 dengan sistem “best of 5”, di mana tim dinyatakan sebagai pemenang setelah memenangkan tiga dari lima set atau ronde yang dimainkan.
Para juara Line Tracer Competition 2025 Teknik Elektro ITN Malang foto bersama Kaprodi Teknik Elektro S-1 Dr. Irmalia Suryani Faradisa, ST., MT. (Foto: Istimewa)
Radityo Indrastata, Ketua Komunitas Robotika ITN Malang menjelaskan, arena lintasan didesain berbentuk persegi panjang dengan ukuran 9 meter x 6 meter. Arena menampilkan lintasan yang acak, seperti lurus, zig-zag, dan melingkar. Waktu pertandingan total 3 menit, dengan 3 menit persiapan untuk mencoba arena.
“Tim tercepat akan menjadi pemenang. Jika tidak ada tim yang menyelesaikan lintasan dalam 3 menit, pemenang akan ditentukan berdasarkan checkpoint tercepat,” jelasnya.
Pada akhirnya, MAN 1 Pasuruan berhasil mendominasi podium dengan merebut dua gelar juara sekaligus. Juara 1 diraih oleh Tim Rampas Juragan Cabe, disusul Juara 2 Tim Rampas Juragan Es Batu dari sekolah yang sama. Sementara Juara 3 berhasil direbut oleh Tim Necromancer dari SMAN 1 Durenan Kabupaten Trenggalek. Masing-masing tim mendapat hadiah Juara 1: 2jt + 100% DPP, Juara 2: 1,5jt + 75% DPP, dan Juara 3: 1jt + 50% DPP.
Mochammad Nafish Makhbubi dari Tim Rampas Juragan Cabe, MAN 1 Pasuruan berbagi pengalaman bahwa mereka mengerjakan robot sekitar dua minggu, bahkan pernah menginap di sekolah. Tantangan terbesar yang mereka hadapi saat lomba adalah penyesuaian medan dan waktu pencahayaan.
“Kami memakai sensor cahaya jadi cahaya sangat berpengaruh pada saat pertandingan. Terkena cahaya sedikit saja robot langsung error,” jelas Nafish.
Baca juga : Robot e-Sadewa ITN Malang Lolos Finalis Nasional Kontes Robot Indonesia 2024
Strategi mereka untuk meraih kemenangan adalah dengan kerja keras, usaha maksimal, serta fokus. “Kalau lomba pikirannya tidak fokus akan buyar semua,” tambahnya.
Nafish merasa lomba di ITN Malang sangat seru dan menambah pengalaman. Dari awal ia bersama teman-temannya sudah optimistis tim mereka bisa memborong piala berkat usaha maksimal yang telah dilakukan. “Robot kami menggunakan sensor Ichibot Orion, semua tim dari MAN 1 Pasuruan sama semua. Sensor ini dikenal lebih peka terhadap jalur,” pungkasnya. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)