Back

Energi Baru Terbarukan (EBT) Solusi Energi Masa Depan

Webinar Himpunan Mahasiswa Teknik Elektro S-1 ITN Malang menghadirkan pemateri dosen ITN Malang Prof Dr Eng Ir Abraham Lomi MSEE dan Dr Ir Widodo Pudji Muljanto MT serta Daud Hadi Winarto, ST (Owner PT Bhakti Terang Indonesia), Sabtu (16/01/2021). (Foto: Tangkapan layar Zoom Meeting)


Malang, ITN.AC.ID – “Energi baru terbarukan (EBT) Sebagai Solusi Energi Masa Depan” menjadi tema dalam webinar Himpunan Mahasiswa Elektro (HME) S-1 Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang. Memanfaatkan platform Zoom, webinar menghadirkan tiga narasumber, Sabtu (16/01/2021).

“Webinar ini bertujuan untuk mengetahui potensi sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan sebagai pendukung utama pembangunan energi terbarukan di masa yang akan datang,” terang ketua pelaksana webinar Fathan Farisi Danial saat dihubungi lewat sambungan WhatsApp.

Dikatakan Fathan banyak manfaatkan yang bisa diambil dari webinar kali ini. Seperti, dapat meningkatkan minat dan menambah pengetahuan mahasiswa tentang EBT, memperkenalkan informasi tentang efisiensi energi listrik, mengatur peluang dari materi yang disampaikan, memaparkan fungsi rancang bangun EBT, serta menjadi pendukung utama pembangunan energi terbarukan di masa yang akan datang.

Ketua pelaksana webinar Himpunan Mahasiswa Elektro (HME) S-1 ITN Malang Fathan Farisi Danial (dua dari bawah paling kiri). (Foto: Tangkapan layar Zoom Meeting)
Ketua pelaksana webinar Himpunan Mahasiswa Elektro (HME) S-1 ITN Malang Fathan Farisi Danial (dua dari bawah paling kiri). (Foto: Tangkapan layar Zoom Meeting)

“Materi webinar sangat penting karena erat kaitannya dengan perkembangan teknologi di era industri 4.0 seperti AI (artificial intelligence), robotik dan berbagai mesin canggih lainnya. Yang mana EBT akan menjadi dasar untuk perkembangan teknologi-teknologi pada masa tersebut,” imbuhnya.

Menghadirkan tiga narasumber yakni Dosen Teknik Elektro ITN Malang Prof Dr Eng Ir Abraham Lomi MSEE dan Dr Ir Widodo Pudji Muljanto MT serta Daud Hadi Winarto, ST (Owner PT Bhakti Terang Indonesia).

Prof Lomi memaparkan tema tentang “Potensi energi terbarukan dalam membangun dan mendukung ketahanan energi nasional”. Negara Indonesia mempunya jumlah penduduk lebih dari 260 juta jiwa yang berdampak pada pekembangan ekonomi. Pertumbuhan pendudukan berakibat permintaan akan energi semakin besar. Dalam lima tahun ke depan permintaan energi di Indonesia diperkirakan tumbuh dengan laju sebesar 5-6 persen pertahun untuk energi primer dan 7-8 persen per tahun untuk energi final.

Baca juga: ITN Malang Miliki Laboratorium Jaringan Distribusi Tenaga Listrik Berfasilitas Lengkap

“Jadi, perlu ide-ide baru untuk mengembangkan EBT. Pemerintah kita sudah mulai mempersiapkan, salah satunya dalam lingkup pendidikan (mulai bekerja sama dengan perguruan tinggi),” ujar Prof Lomi.

Dikatakan Prof Lomi, dengan adanya bauran EBT maka ketergantungan kepada bahan bakar fosil makin lama akan semakin menurun. EBT sendiri karena energi terbarukan ketersedinnya ada sepanjang masa selama masih ada matahari, angin, air dan lain sebagainya.

“Potensi surya di Indonesia luar biasa sekali, salah satunya NTT mempunya 9000 MW. Belum lagi potensi panas bumi, bioenergy, air, angin, arus laut. Total potensi (energi terbarukan) 442 GW sedangkan pemanfaatan baru 9,5 GW (2,15%). Lagi pula energi terbarukan akan menguransi emisi CO2,” tuturnya.

Sementara itu Ir Widodo Pudji Muljanto MT membahas mengenai pembangkit listrik tenaga pikohidro. Pikohidro menjadi satu alternativ pembangkit listrik skala kecil yang memanfaatkan aliran sungai dengan debit air kontinu untuk menggerakkan turbin penghasil listrik. Biasanya pikohidro digunakan di daerah pedesaan atau pedalaman.

Baca juga: Renewable Energy, Komunitasnya Anak Teknik ITN Malang

“Ada daerah-daerah tertentu yang belum bisa menikmati aliran listrik (PLN). Maka terobosan yang bisa kita lakukan adalah dengan memanfaatkan pikohidro sambal menunggu jaringan PLN masuk,” kata Widodo.

Pada prinsipnya pikohidro merupakan pembangkit listrik tenaga air, dengan kapasitas mencapai 5000 watt. Cara kerja sederhana pikohidro dari sungai yang memiliki energi potensi tenaga air kemudian dikonversi ke energi mekanik dan dikonvesi ke tenaga listrik. “Kalau di kota (5000 watt) tidak ada artinya, tapi kalau di pedalaman ini sangat berarti,” ucapnya.

Sungai potensial untuk pembangkit listrik tenaga pikohidro adalah sungai yang memiliki aliran/berjalan di antara dua lembah. Air terjun tidak dipilih, karena merusak pemandangan alam. Dari sisi teknik juga sulit, dalam proses kontruksi terutama dalam pemasangan pipa pesat.

“Kita bisa merealisasikan pembangkit EBT dengan harga lebih murah, maintenance lebih terjangkau dan dapat terealisasi oleh penduduk setempat. Dengan sedikit kejelian di daerah yang memiliki potensi tenaga air bisa diubah menjadi tenaga listrik,” tutup Widodo. (mer/Humas ITN Malang)

Copyright - PERKUMPULAN PENGELOLA PENDIDIKAN UMUM DAN TEKNOLOGI NASIONAL - ITN MALANG - Powered by - PUSTIK 2023